Kamis, April 16, 2009

Rembulan Tenggelam di Wajahmu (part 1)

Baru saja kuselesaikan membaca novel ini. Aku mendapatkan beberapa poin penting dari novel ini. Secara keseluruhan, novel ini tetap menunjukkan karakteristik si pengarang –Tere Liye- yang selalu membuat tokoh utamanya menjadi seseorang yang paling ‘jahat’ dari keseluruhan cerita. Tapi mungkin kata-kata itu sangat ekstrim, lebih tepatnya, di cerita ini dibuat si tokoh utamanya banyak berkontribusi negatif bagi orang lain.
Sebenarnya ini novel pertama dari pengarang ini yang aku baca secara utuh, masih sulit untukku membuat penilaian yang lebih objektif. Dua kali aku hadir di acara bedah bukunya, dan pertemuan terakhir inilah yang menjadi kunci. Aku jadi tahu sedikit pemikiran-pemikiran dia dan buatku gaya bahasa dalm nvel ini sangat mewakili pengrangnya.
Poin pertama

di halaman 56-57, aku mencatat sesuatu yang sebenarnya itu bukan hal yang asing lagi buak kita...
Kehidupan ini tidak sia-sia. Besar kecil, semua berarti.
namun, bagian ini, berbeda. secara tidak sadar, ini bukan hal yang baru juga buat kita, tapi aku makin tersadar aja, bahwa :
Bagi manusia, hidup ini juga sebab-akibat. Sebab-akibat itu membentuk peta dengan ukuran raksasa. Kehidupanmu menyebabkan perubahan garis kehidupan orang lain, kehidupan orang lain mengakibatkan perubahan garis kehdupan orang lain lagi, kemudian entah pada siklus keberapa, kembali lagi ke garis kehidupanmu....saling mempengaruhi,..saling berinteraksi
Poin kedua
"Tahukah kau, kita bisa menukar banyak hal yang menyakitkan yang dilakukan orang lain dngan sesuatu yang lebih hakiki, lebih abadi...rasa sakit yang timbul karena perbuatan aniaya dan menyakitkan dari orang lain itu sementara, pemahaman dan penerimaan tulus dari kejadian yang menyakitkan itulah yang abadi."
Jujur, kata-kata itu masih membuatku bingung,...mungkin yang dimaksud kata-kata itu adalah sebuah keikhlasan. Dan keikhlasan itu salah satu yang mudah di ucapkan tapi tidak mudah diimplementasikan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar