Kamis, September 18, 2008

ZIS oh Zakat Infaq Shodaqoh

sudah menjadi agenda tahunan bagi pengelola ZIS di kantor kami
untuk memberikan santunan kepada fakir miskin dan anak jalanan di sekitar kantor. kebetulan kantor kami berada di sekitar senen, maka sudah barang tentu sasaran kami adalah mereka yang berada di sekitar itu.

kemarin, 17 September 2008 merupakan tahun kedua saya mengikuti acara ini.
ada yang beda -bahkan banyak- dalam penyelenggaraan tahun ini.
pertama, karena hampir seminggu yang lalu berita tentang kematian orang2 yang berdesakan untuk menerima zakat dan sedekah beredar, dan hari ini kami akan menjadi penyelenggaranya sehingga rasa trauma dan ketakutan menghantui kami.
kedua, jumlah fakir miskin ternyata makin banyak (semua yang datang dan mengantri saya asumsikan seperti itu). terbukti dengan penuhnya tempat pembagian zakat.

oleh karena itu, berbagai strategi telah kami rancang untuk mengantisipasi kejadian yang tidak diinginkan. sebenernya Kami telah membuat Kupon untuk disebar ke fakir miskin, namun jumlah orang yang menerima kupon dengan yang tidak, ternyata lebih bnyak yang datang dengan tidak membawa kupon.
terpaksa kami menertibkan mereka dengan memisahkan mereka.

inilah saat yang ditunggu2,.Pembagian amplop.
yang mendapat kupon dan yang tidak, kami atur dan kami bagi tugas sehingga pembagiannya menjadi serentak.
namun apa hendak di kata, ternyata perebutan itu terjadi. orang2 berusaha saling berebut,..

yang membuat ngeri adalah para petugas yang di keroyok massa.

tapi Alhamdulillah, atas perlindungan Allah SWT kami semua selamat.

apa sebenernya yang terjadi,... ini fenomena.
tapi fenomena yang memilukan

secara pribadi sebenarnya saya sangat senang dengan kegiatan ini, karena kita tahu bahwa di tengah kecaman kristenisasi yang makin terang2an kita sebagai umat Islam tidak boleh berdiam diri begitu saja.
uang, materi adalah hal yang sensitif. sudah bukan rahasia lagi kalo salah satu cara misionaris adalah dengan materi.
nah tugas kita terhadap fakir miskin tersebut untuk menyantuni nya.
namun, kejadian ini,......
apa dengan cara seperti ini kita memberi?
kita telah berniat untuk memberi semua, namun mengapa mereka berebut?
mental apakah ini?

waLLohu a'lam

Selasa, September 16, 2008

Jumat, September 05, 2008

pernah dengar 'KISAH POHON APEL'?

KISAH POHON APEL


Suatu ketika, hiduplah sebatang pohon apel besar dan anak lelaki yang senang bermain-main di bawah pohon apel itu setiap hari. Ia senang memanjatnya hingga ke pucuk pohon, memakan buahnya, tidur-tiduran di keteduhan rindang daun-daunnya. Anak lelaki itu sangat mencintai pohon apel itu. Demikian pula pohon apel sangat mencintai anak kecil itu.

Waktu terus berlalu. Anak lelaki itu kini telah tumbuh besar dan tidak lagi bermain-main dengan pohon apel itu setiap harinya. Suatu hari ia mendatangi pohon apel. Wajahnya tampak sedih. "Ayo ke sini bermain-main lagi denganku," pinta pohon apel itu. "Aku bukan anak kecil yang bermain-main dengan pohon lagi," jawab anak lelaki itu. "Aku ingin sekali memiliki mainan, tapi aku tak punya uang untuk membelinya." Pohon apel itu menyahut, "Duh, maaf aku pun tak punya uang... tetapi kau boleh mengambil semua buah apelku dan menjualnya. Kau bisa mendapatkan uang untuk membeli mainan kegemaranmu." Anak lelaki itu sangat senang. Ia lalu memetik semua buah apel yang ada di pohon dan pergi dengan penuh suka cita. Namun, setelah itu anak lelaki tak pernah datang lagi. Pohon apel itu kembali sedih.

Suatu hari anak lelaki itu datang lagi. Pohon apel sangat senang melihatnya datang. "Ayo bermain-main denganku lagi," kata pohon apel. "Aku tak punya waktu," jawab anak lelaki itu. "Aku harus bekerja untuk keluargaku. Kami membutuhkan rumah untuk tempat tinggal. Maukah kau menolongku?" "Duh, maaf aku pun tak memiliki rumah. Tapi kau boleh menebang semua dahan rantingku untuk membangun rumahmu," kata pohon apel. Kemudian anak lelaki itu menebang semua dahan dan ranting pohon apel itu dan pergi dengan gembira. Pohon apel itu juga merasa bahagia melihat anak lelaki itu senang, tapi anak lelaki itu tak pernah kembali lagi. Pohon apel itu merasa kesepian dan sedih.

Pada suatu musim panas, anak lelaki itu datang lagi. Pohon apel merasa sangat bersuka cita menyambutnya. "Ayo bermain-main lagi deganku," kata pohon apel. "Aku sedih," kata anak lelaki itu. "Aku sudah tua dan ingin hidup tenang. Aku ingin pergi berlibur dan berlayar. Maukah kau memberi aku sebuah kapal untuk pesiar?" "Duh, maaf aku tak punya kapal, tapi kau boleh memotong batang tubuhku dan menggunakannya untuk membuat kapal yang kau mau. Pergilah berlayar dan bersenang-senanglah." Kemudian, anak lelaki itu memotong batang pohon apel itu dan membuat kapal yang diidamkannya. Ia lalu pergi berlayar dan tak pernah lagi datang menemui pohon apel itu.

Akhirnya, anak lelaki itu datang lagi setelah bertahun-tahun kemudian. "Maaf anakku," kata pohon apel itu. "Aku sudah tak memiliki buah apel lagi untukmu." "Tak apa. Aku pun sudah tak memiliki gigi untuk mengigit buah apelmu," jawab anak lelaki itu. "Aku juga tak memiliki batang dan dahan yang bisa kau panjat," kata pohon apel. "Sekarang, aku sudah terlalu tua untuk itu," jawab anak lelaki itu. "Aku benar-benar tak memiliki apa-apa lagi yang bisa aku berikan padamu. Yang tersisa hanyalah akar-akarku yang sudah tua dan sekarat ini," kata pohon apel itu sambil menitikkan air mata. "Aku tak memerlukan apa-apa lagi sekarang," kata anak lelaki. "Aku hanya membutuhkan tempat untuk beristirahat. Aku sangat lelah setelah sekian lama meninggalkanmu." "Oooh, bagus sekali. Tahukah kau, akar-akar pohon tua adalah tempat terbaik untuk berbaring dan beristirahat. Mari, marilah berbaring di pelukan akar-akarku dan beristirahatlah dengan tenang." Anak lelaki itu berbaring di pelukan akar-akar pohon. Pohon apel itu sangat gembira dan tersenyum sambil meneteskan air matanya.

Ini adalah cerita tentang kita semua. Pohon apel itu adalah orang tua kita. Ketika kita muda, kita senang bermain-main dengan ayah dan ibu kita. Ketika kita tumbuh besar, kita meninggalkan mereka, dan hanya datang ketika kita memerlukan sesuatu atau dalam kesulitan. Tak peduli apa pun, orang tua kita akan selalu ada di sana untuk memberikan apa yang bisa mereka berikan untuk membuat kita bahagia. Anda mungkin berpikir bahwa anak lelaki itu telah bertindak sangat kasar pada pohon itu, tetapi begitulah cara kita memperlakukan orang tua kita.

Sebarkan cerita ini untuk mencerahkan lebih banyak rekan. Dan,� yang terpenting: cintailah orang tua kita. Sampaikan pada orang tua kita sekarang, betapa kita mencintainya; dan berterima kasih atas seluruh hidup yang telah dan akan diberikannya pada kita.


bukti Cinta ku pada-Mu

berat, tapi apa ada yang ringan untuk sebuah Pengorbanan????????
susah, tapi apa yang mudah untuk sesuatu yang kita dambakan????

ya,
jika kita faham akan konsep cinta.
jika kita realisasikan makna cinta
maka semua itu pasti tak ada
dan yang akan timbul hanyalah perasaan cinta, ikhlas dan sabar.

yaa Allah
inilah bukti cintaku pada-Mu,...
ramadhan ini adalah tasbih ku kepada-Mu,..

"yaa Allah, aku memohon Cinta-Mu,
memohon Cinta orang-orang yang mencintai-Mu
dan memohon kecintaan pada perbuatan yang mendekatkan diri pada Cinta-Mu"
amin.