Jumat, November 23, 2018

Lika-liku anak kelas 1 SD

Bagi temen-temen yang sudah senior, mungkin sudah tak asing lagi menghadapi anak di bangku sekolahnya. Lain halnya denganku, anak pertamaku baru/sudah masuk SD tahun ini. Sengaja aku bold kata "baru" dan kata "sudah", lalu saya pisahkan dengan garis miring. Hal ini mengartikan kalau punya anak kelas satu SD itu sesuatu yang luar biasa buat saya. Pertama, waktu berjalan dengan cepat, sehingga, anak bayi, yang aku lahirkan 7 tahun lalu itu sekarang sudah sekolah. MaasyaAllah, Tabaarokallah... Alhamdulillah, syukur yang tak terhingga. Sedangkan kata "baru" mengartikan bahwa ini hanyalah permulaan. sebuah step kehidupan yang masih sangat panjang yang akan dilalui oleh anakku.
Ada banyak hal baru yang kami(aku dan suamiku) temui ketika anakku bukan lagi anak TK. SD sama sekali berbeda dengan TK, namun, anak kelas 1 ini merupakan peralihan, dimana sebagian dirinya masih merupakan bagian dari anak TK yang inginnya belajar itu ya bermain, tidak ada ujian, hanya berisi hasta karya dan maenan perosotan. Sehingga tidak aneh anakku masih suka bilang, aku pengen maen ke TK lagi deh Mah, anterin Dede sekolah,. ^^
Yup, inilah tantangan kami. Selain dari hal diatas, sebenarnya anakku sudah mengalami banyak perkembangan. Pribadi yang mulai terbuka, berani tampil sudah mulai ia tunjukkan. Suaranya sudah keluar lah didepan gurunya. Dari sisi penangkapan dia dalam memahami materi juga cukup baik. Alhamdulillah, semoga seterusnya ya Kak... dan bisa ditingkatkan.
Hal menarik lainnya adalah, ketika saya merasa kaget dengan pelajaran matematika di buku paketnya itu ada materi tentang deret bilangan. Bahasa dalam bukunya adalah loncat berapa,... Kaget karena menurut saya ini pelajaran yang sudah cukup rumit untuk anak kelas 1, dalam bayangannku hanya penambahan dan pengurangan saja, namun sudah diajarkan logika deret bilangan. Wow lah pokoknya. Masalah muncul ketika untuk anakku, penjelasan verbal gurunya ternyata kurang dia fahami. setiap ketemu soal itu, pasti dia bingung,. Misal ada soal : lengkapi susunan angka sebagai berikut : 1,3,5,....,.... ketika saya jelaskan melalui lisan, ternyata itu tak membuat dia faham, dia mengira kalau mengerjakan susunan angka itu seperti penambahan saja, loncat berapa kali dari 1 ke 3 itu dia memahaminya adalah 4 (1+3).
Sempat bingung beberapa hari, aku dan suamiku belum menemukan cara yang tepat untuk menjelaskannya. sampai akhirnya aku coba menuliskan deretan angka dari 1-10 atau sesuai kebutuhan soal seperti membuat angka dalam penggaris. Alhamdulillah dengan metode ini anakku faham. Senangnya...
What's next?
Pastinya lebih sulit ya... Semangat !!!

Senin, November 12, 2018

Oleh-oleh upacara hari pahlawan yang ke-73

setelah sekian tahun absen dalam berbagai upacara peringatan, baru hari ini, aku ditunjuk kembali menjadi salah satu dari sekian banyak peserta upacara. karena sudah lama tidak ikut, rasanya upacara hari ini istimewa. Hehe...
Upacara peringatan (apapun) mungkin hanya sekedar acara seremonial, namun aku sangat-sangat setuju jika acara seremonial ini tetap kita laksanakan, tetap kita jaga. Karena, setelah aku ikuti upacara tadi, kok kayaknya rasa nasionalismeku naik lagi...
Mengenang bagaimana para pahlawan kita dulu berjuang dengan segenap jiwa dan raganya, tidak memikirkan kepentingan pribadinya, itulah yang patut kita contoh sekarang. Apa tega, kamu saat ini malah jadi generasi yang menggerogoti kekayaan negara ini hanya untuk kepentingan sendiri? Apa tega, kamu menyia-nyiakan kemerdekaan yang sudah kita raih ini dengan hanya bermalas-malasan dan bersenda gurau saja?
What's your value??
apa yang sudah kamu perbuat buat negeri ini?
Bagiku, kata-kata tadi mengingatkan pada sebuah kisah inspiratif yang pernah saya baca beberapa tahun yang lalu. Akupun sudah tak ingat bagaimana cerita yang sesungguhnya, namun pesan moral dari cerita itu, sangat berkesan bagiku. Cerita tentang seorang PNS yang ikhlas menjalankan profesinya, tak mengeluh dan berusaha menjalankan pekerjaannya dengan sebaik-baiknya. Dengan penghasilan seorang PNS, ia mungkin tidak bisa menjadi milliuner, harta yang melimpah, namun ia bisa menghidupi keluarganya, menyekolahkan anaknya sampai ke jenjang pendidikan yang tertinggi. dan baginya itu sudah lebih dari cukup. karena yang ia harapkan adalah keberkahan dari harta dan penghasilannya.
Sebagai seorang PNS, akupun harus bisa seperti itu. Mengharapkan keberkahan dalam setiap penghasilan yang kita terima. Dengan menjalani pekerjaan dengan ikhlas, bisa berkontribusi bagi negara sekecil apapun itu.  

Selasa, Oktober 30, 2018

Garis bawahi : tugas negara

Kemarin pagi, ada kabar memilukan bagi kami, pesawat Lion Air JT610 jurusan jakarta-pangkal pinang, dikabarkan hilang kontak dan telah ditemukan serpihan-serpihan bangkai pesawatnya di perairan tanjung kerawang. Kabar duka ini sontak membuat kita kaget, pasalnya ternyata di dalam pesawat tersebut terdapat banyak rekan kami Kementerian Keuangan yang menjadi korban. Mereka adalah orang-orang yang setiap akhir pekan harus menempuh ratusan kilometer untuk bisa berkumpul dengan keluarganya.

Sontak kabar ini, membuatku sedih. Ya Allah, di satu sisi aku dan keluargaku sungguh beruntung, bisa setiap hari bertemu, ditempatkan dekat dengan homebase. Betapa kuatnya mereka, terpisah jarak dengan keluarga karena tugas negara.

Yup, inilah yang aku garis bawahi, tugas negara. Selama ini sungguh aku telah salah, memaknai rutinitas berangkat pagi hanya untuk sebuah rutinitas yang kadang kalau di rumah pas pergi anak menangis ditinggal, rasanya berat sekali dan pergi ke kantor itu menjadi beban. Sesungguhnya apa yang kau lakukan tiap hari, adalah jihadmu tersendiri. Kau mengemban tugas negara dan itulah amalanmu. Semoga dengan berangkatnya kita dari rumah ke kantor, menjalankan tugas negara, menjadi pemberat amalanku, amalan kami kelak di akhirat. aammiin.
Semoga Allah selalu menjaga dan melindungi kami dan keluarga kami dimanapun kami dan mereka berada. Sungguh tiada lagi perlindungan selain Hanya Perlindungan-Mu, tiada lagi yang bisa menolong, Hanya dengan PertolonganMu Yaa Robb...
Aammiiin Yaa Robbal'alamiin.

Kamis, Oktober 25, 2018

countdown

Akhirnya aku memutuskannya.
Tapi tenang saja, bukan karena kejadian hari ini, atau kejadian hari-hari sebelumnya.
bukan juga karena emosi, atau keterpaksaan.
Aku memutuskannya karena memang sudah ada dalam planning-ku, planning kami sebelumnya,. maka kami tinggal merealisasikannya.
so, bismillah countdown...

Kamis, Agustus 02, 2018

2007-2018

Potret kehidupanku sedikit banyak ter-capture lewat penaku disini. Sejenak aku merenung, wow, bukan waktu yang sedikit ya, aku sudah melewati banyak hal. But, time fly so fast...
Itulah kenapa dalam Alquran Allah bersumpah atas nama waktu lebih dari satu kali, saking kita sering lupa akan waktu... Ya Allah...

Teringat kata-kata yang aku baca di instagram tadi pagi, "Pada hakikatnya kita semua adalah penulis, penulis catatan amalan kita sendiri " degg..... benar sekali.
waktu yang kita pakai untuk maksiat kepada Allah tidak akan terulang, begitupun kesempatan kita untuk beramal kepada Allah tidak akan terulang.
berusahalah jadi orang yang paling baik versimu setiap detiknya. Allah Maha Luas kasih sayangNya, tidak akan terlambat kalau kau mau bertaubat.
Semangat!!!!

Selasa, Juli 31, 2018

Menjemput Jodoh 2



Bismillah

Entah kenapa, pengen membahas tentang JODOH lagi..
teringat akan jodohku, jadi pengen cerita tentang jodoh lagi.

suatu hari, aku berdiskusi dengan suami. "Yang, kalau kamu gak milih ST*N waktu itu, dan memilih IT*, mungkin kita gak akan berjodoh?"candaku .
"siapa bilang? bagaimanapun caranya, kalau kita memang jodoh pasti Allah punya cara. "jawab suami. makjleb..

Memang ya, setiap kita sudah punya jodohnya masing-masing tinggal bagaimana kita menjemputnya, apakah dengan cara yang Halal atau yang Haram?

Flashback.
aku dan suami satu kampus di Cimahi 2005, tapi tidak satu kelas. pendidikan D1 membuat kami hanya belajar selama 1 tahun di kampus (Balai Diklat tepatnya). praktis, aku sama suami hanya bertemu selama 1 tahun, itupun hanya beberapa waktu aja, soalnya jadwal kita kan ga mesti sama setiap harinya. ketika takdir Allah mempertemukan kami di pelaminan, rasanya kami harus mengingat-ingat momen apa ya yang bisa kita kenang bersama? hehe....
setelah lulus, kami tidak pernah melakukan kontak sama sekali. berpetualanglah aku dan dia sendiri-sendiri, dalam list kemungkinan menjadi jodohku pun tak pernah muncul nama dia. sampai akhirnya aku lulus kuliah (lagi) dan balik ke kantor, terus ditugaskan ke Cibinong, disitulah awal mula kami berkomunikasi lagi dan mengucap ijab kabul 3 bulan kemudian.

Begitulah skenario Allah.
Setiap pasangan pasti berbeda-beda ceritanya, dan semua pasti atas izin Allah.
So, bagi yang belum mendapat jodoh, semangat menjemput jodoh ya... ^^

Selasa, Maret 13, 2018

Renungan hari ini.

Bismillah...
Walhamdulillah...
Ujian-ujian dalam hidup, itu adalah suatu keniscayaan. Tidak ada yang hidup di dunia ini yang tidak ada masalah. tidak ada ujian... TIDAK ADA.
Semua mengalami masalah.
Dalam suatu masa dalam kehidupan kita akan dihadapkan pada pilihan-pilihan. Jika kita mengikuti pilihan pertama maka kita akan mendapatkan bla bla bla, namun mempunyai resiko ini dan itu.
begitu pula dengan pilihan lain. pasti ada plus minusnya. Maka, timbanglah...mana resiko yang paling sedikit diantara keduanya. atau, timbanglah kebaikan yang paling besar diantara keduanya.

Hidup untuk ibadah, kerja sebagai sarana ibadah, mengurus keluarga juga ibadah. jangan takut dengan semua pilihanmu... InsyaAllah semua bernilai ibadah buatmu..
Ingatkan diri bahwa Rizki itu bukan datang dari pekerjaan kita, namun dari Allah yang berjalan lurus dengan usaha kita selama ini.

Selasa, Februari 27, 2018

Oh dasterku (bagian 2)

Lupa.... Penyakit manusia ya itu... Ternyata aku masih punya PR terkait ceritaku sebelumnya tentabg daster. Tahu ga kenapa aku bikin bersambung? Ini karena aku sedih banget. Karena entah itu masalah jaringan, tulisan panjangku mengulas tentang ini tiba-tiba raib, pas aku mau posting. Hufff... Jadinya pas mau di ceritain lagi, ga seasyik bahasaku sebelumnya. Jadinya aku buat bersambung, takutnya hilang lagi tulisanku.

Okey cerita dulu ya awal mula ingin posting ttg daster (penting ga penting yang penting cerita, yes)
jadi, suatu waktu pas buka FB, nemulah di wall tentang komunitas atau mungkin lebih ke jajak pendapat seh dari mamah-mamah muda tentang pro kontra pemakaian daster. Sebenarnya sah-sah saja semua orang bisa memilih baju apa yang akan dia pakai, cm ketika ini sudah jadi bahan diskusi di FB, kan si aku jadi bertanya, sebenarnya kenapa seh kalau kita pakai daster di rumah? 
Aku coba baca sekilas pendapat mamah-mamah yang non/anti daster di rumah itu, mereka kebanyakan sudah membuang/mengganti pakaian daster nya dan menggunakan pakaian yang "lebih menarik" di rumah. Bertebaranlah link-link OL shop mana yang menjual pakaian yang nyaman buat di rumah dan yang "lebih menarik" itu. Salah satunya saya coba klik. Dan hasilnya... Bajunya mahal-mahal ya ternyata... Hihi... Dan belum tentu pantas aku pakai. 
Jadi, ketika membaca postingan itu,pada awalnya aku tertarik dan cenderung mau bergabung dengan emak-emak anti daster di rumah, tetapi bagaimana nasib baju dasterku? Dikasi orang? Bisa seh... Sebanyak itu?hmmm... Mikir lagi. 
Lalu, anggaran buat mengganti dasterku berapa ya? Apa tidak menjadi pemborosan? 
Hmm... Mikir lagi..
Pada intinya, kembali ke masing-masing orang ya, mau pilih yang mana.
Yang pasti, ibu-ibu berdaster pun bisa tetap tampil menarik di rumah, tinggal kitanya yang kreatif kan. Juga, bagi ibu2 yang mau tidak berdasterpun itu baik. Karena itu mungkin sesuai dengannya dan keluarganya.
Demikian. Ini cuma pendapat pribadi ya... Selesai...

Jurnal PR

Yeay.... 
Punya semangat baru neh Bun. Resolusi 2018, alhamdulillah satu persatu dirintis dengan baik. Aku mulai membuat jurnal PR sendiri buat anakku, yang tahunbini mau masuk SD. Hari ini baru mau percobaan seh, mudah-mudahan berhasil ya. Anakku juga bisa enjoy. Dan yang pasti, ga kaget pas masuk SD nanti. 
Setelah aku coba searching terkait buku SD kelas 1, mulailah dengan konsep diriku sendiri. 
Membaca terus menulis ; mengenal bentuk dan menyebutkan benda-benda sekitar ; menulis angka ; menulis hijaiyah ; dan menghitung sederhana. 
Ah, sudah tak sabar pengen tahu reaksi kaka saat menerima jurnal PR nya... :)

Selasa, Januari 02, 2018

Menyongsong 2018

Alhamdulillah, sudah tiba di 2018. Setiap tahun, saya lalui biasa saja, tidak ada yang istimewa. Tak ada bedanya tanggal 31 Desember dengan 1 januari. Begitulah kulalui setiap tahun.
Namun tahun ini, sepertinya saya harus melakukan sesuatu yang baru. Rencana besar yang harus kurancang dari awal. Ini penting, mengingat di tahun 2017, sepertinya berlalu begitu saja. 
Tahun ini saya akan membuat rencana secara menyeluruh. 
ok Sip... Selamat berjuang Bun... :)